Isti’ab (daya tampung) adalah kemampuan da’i untuk menarik objek dakwah (mad’u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual, kejiwaan, status sosial dan lain sebagainya.
Da’i yang sukses adalah da’i yang mampu masuk dan dapat mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter dan tingkatan mereka beragam.
Tingkat kemampuan dalam isti’ab (daya tampung) ibarat tingkat kemampuan bejana, ada yang mampu menampung lebih banyak dibanding ratusan bejana yang lain. Begitu pula da’i ada yang mampu menampung dan mendekati orang-orang yang tidak mampu ditampung dan didekati oleh da’i lainnya.
Hubungan antara isti’ab dan keberhasilan dakwah sangat mendasar. Jika dakwah memiliki banyak da’i yang mempunyai kemampuan untuk menarik masyarakat kepada Islam dan pergerakan yang ada, maka dakwah akan berhasil dan mampu merealisasikan sasaran-sasarannya, jika disertai dengan syarat-syarat lain yang diperlukan.
Isti’ab terbagi dua, yaitu isti’ab eksternal dan internal :
  1. isti’ab eksternal  :  penguasaan terhadap orang-orang yang berada di luar dakwah, di luar pergerakan, dan di luar organisasi.
  2. isti’ab internal     :  penguasaan terhadap orang-orang yang berada berada di dalam organisasi.
Isti’ab eksternal adalah usaha pencarian, pengarahan, dan pengadaan, sedang isti’ab internal adalah usaha pembentukan dan produksi.
Berbagai tuntutan yang harus dipenuhi para da’i dalam proses isti’ab dan rekrutmen :
  1. Kepahaman tentang agama
  2. Teladan yang baik
  3. Sabar
  4. Lemah lembut
  5. Memberi kemudahan
  6. Tawadhu’
  7. Murah senyum dan perkataan yang baik
  8. Pemurah
  9. Membantu orang lain
Untuk menjadi da’i harus memiliki pamahaman yang memadai tentang islam, setidaknya mampu membedakan antara halal-haram, kebaikan-kejahatan, mengetahui yang wajib-sunnah, aqidah-hukum yang akan menjadi petunjuk.
Seorang da’i harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, agar ia memiliki pengaruh dalam masyarakat, sehingga mereka bisa direkrut. Karena pengaruh ucapan tidak seefektif pengaruh yang ditimbulkan oleh perbuatan.
Untuk merekrut dan mempengaruhi masyarakat dibutuhkan kesabaran, bukan kejengkelan dan kepicikan.
Hidayah tidak akan bisa masuk ke dalam jiwa seseorang sekaligus, ia memerlukan usaha yang terus-menerus hingga bisa mencapai tingkat yang diinginkan, dan ini semua memerlukan kesabaran.
Da’i yang benar adalah da’i yang hidup untuk orang lain dan bukan untuk dirinya sendiri, berusaha untuk membahagiakan orang lain meskipun harus mengorbankan kebahagiaan pribadi, yang dilandasi oleh keimanan dan mencari ridha Allah SWT.
Dalam usaha menarik masyarakat, seorang da’i juga harus bersikap lemah lembut terhadap mereka. Karena masyarakat membenci kekerasan dan menjauhi pelakunya.
Seorang da’i tidak akan mampu melakukan dakwah dengan cara memutus hubungan dengan masyarakat dan menghujat mereka. Tetapi ia harus berusaha dengan berbagai cara hingga mereka bisa mendapatkan hidayah.
Kelembutan dan sikap lapang dada seorang da’i serta sikapnya yang selalu memberi kemudahan akan menjadi sebuah kunci yang dapat membuka hati masyarakat yang tertutup rapat, hingga dapat menyelami ke dasar jiwanya dan akhirnya menerima apa yang disampaikan.
Salah satu sifat paling menonjol yang menjadikan seorang da’i disukai oleh keluarga dan masyarakatnya, juga menjadikan ia memiliki pengaruh yang sangat kuat adalah sifat tawadhu’ dan merendahkan sayap.
Sedangkan kesombongan hanya akan menjadi dinding penghalang antara da’i dan masyarakat, bahkan akan menjadikan da’i terisolasi dan tidak disukai lingkungannya.
Fenomena kesombongan ini tampak dalam berbagai hal berikut ini:
  1. Lebih senang bergaul dengan orang-orang kaya dan berpangkat daripada orang-orang miskin ataupun orang-orang awam.
  2. Lebih memperhatikan pekaian dan penampilan, dan suka meremehkan orang-orang yang kelihatan kumal.
  3. Memilih-milih audien. Jika audiennya sedikit dan terdiri dari orang rendahan, ia tidak mau memberikan ceramah.
  4. Lebih mementingkan ungkapan-ungkapan yang indah bahkan berlebih-lebihan sehingga tema inti dan tujuan tidak tersampaikan.
  5. Merasa takjub dengan ilmu yang ia miliki, berbicara tentan dirnya dengan penuh kekaguman, berusaha menyaingi ulama lainnya dan pamer di hadapan orang-orang bodoh.
Termasuk sifat yang dapat menyebabkan terbukanya hati masyarakat, sehingga mereka mau mendekat dan menerima apa yang disampaikan adalah muka yang selalu berseri-seri dan perkataan yang baik.
Bagaimanapun wajah adalah lambang bagi seorang da’i, bahkan wajah merupakan cermin yang merefleksikan kejiwaan.
Da’i hendaklah melatih diri agar wajahnya senantiasa tampak berseri-seri dan murah senyum, dalam kondisi apapun. Ini disebabkan karena keberhasilan seorang da’i sangat dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengontrol dan menguasai dirinya dalam segala situasi dan kondisi.
Perkataan da’i adalah sarana untuk berhubungan dengan orang lain, dan juga sarana untuk mengungkapkan berbagai nilai dan pemikiran.
Kedermawanan dengan materi menunjukkan kelapangan jiwa, sebaliknya orang yang kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya. Kita gunakan harta kita sebagai sarana agar masayrakat yang kita dakwahi mendapat hidayah.
Da’i tidak mungkin mencukupi kebutuhan materi semua manusia, jug atidak mungkin memberi pelayanan pada semuanya. Namun hal ini tidak boleh menghalanginya untuk melakukan sesuatu yang bisa dilakukannya. Ia diwajibkan untuk membantu dan memberi pelayanan masyarakat sesuai dengan batas kemampuan.
Dakwah yang sukses adalah dakwah yang berhubungan langsung dengan problematika umat, karena hal inilah yang akan menghantar hingga bisa memasuki hati dan perasaan mereka.
Hendaknya da’i lebih menonjolkan nilai-nilai Islam yang dibawanya dan bukan menonjolkan dirinya. Jika dirinya yang ditonjolkan, maka yang terjadi adalah figuritas.
Isti’ab dakhili (daya tampung internal) adalah kemampuan dan keahlian untuk menampung objek dakwah yang telah berada di tengah-tengah shaf dakwah. Baik oleh para pemimpin maupun para anggotanya.
Isti’ab khariji (daya tampung eksternal ) bertujuan untuk menarik objek dakwah ke dalam Islam, dakwah, dan pergerakan. Isti’ab dakhili bertujuan untuk mendayagunakan potensi mereka dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan pergerakan.
Dalam proses pembentukan ini, harus melalui beberapa tahapan sesuai aturan-aturan yang ada, yaitu :
  1. Isti’ab aqidi dan tarbawi
  2. Isti’ab haraki
Dalam isti’ab aqidi dan tarbawi ini gerakan harus melakukan proses formulasi terhadap para kader yang bergabung dengannya. Dalam tahapan ini pemimpin mempunya tanggung jawab paling besar untuk menyiapkan sarana dan berbagai manhaj dalam isti’ab aqidah ini. Bahkan ia dituntut untuk selalu mengawasi sepenuhnya proses tersebut. Isti’ab tarbawi (kapasitas tarbiyah) tidak boleh didikte oleh suatu fase atau situasi. Kapasitas tarbiyah mutlak diperlukan dan harus memperhatikan berbagai perkembangan kehidupan dan tahapan-tahapan alami dan khusus yang dilalui oleh para individu.
Sunnah rasul dalam pembentukan pribadi muslim yaitu Rasulullah memandang manusia apa adanya dan menghadapi manusia layaknya meanusia dengan memperhatikan segala kecenderungan dan kebutuhan manusia.
Beberapa kaidah asasi dalam sunnah yaitu :
  1. Memenangkan sisi positif atas sisi negatif
  2. Memenangkan sikap proporsional atas sikap berlebih-lebihan
  3. Sedikit dan kontinu lebih baik daripada banyak tapi terputus
  4. Sunnah rasul dan mendahulukan prioritas dalam pembentukan
  5. Pembentukan melalui keteladanan
  6. Pembentukan yang menyeluruh dan tidak parsial
  7. Keshalihan lingkungan dan pengaruhnya dalam pembentukan (keluarga, teman, masyarakat)
  8. Dampak pahala dan hukuman dalam pembentukan
Tahapan hukuman :
  1. Nasihat
  2. Tindakan lemah lembut
  3. Menyampaikan peringatan tidak langsung
  4. Menyampaikan celaan
  5. Memutuskan hubungan sementara
  6. Menggunakan hukuman yang sesuai dan membuat jera
Isti’ab haraki adalah kemampuan sebuah pergerakan dalam menampung para anggotanya, para pendukungnya, dan para simpatisannya. Juga merupakan kemapuan gerakan dan para anggota dalam menampung berbagai persoalan, prinsip, dan kaidah-kaidah pergerakan.
Beberapa permasalahan pokok:
  1. Hal yang berkaitan dengan daya tampung gerakan terhadap para anggotanya.
Syarat untuk bisa menampung para anggotanya:
  1. Proses tarbiyah yang matang
  2. Tersedianya berbaai potensi dan kapabilitas serta faktor pendukung lainnya
  3. Memahami semua anggotanya dengan benar
  4. Mengerahkan seluruh anggota
  5. Penugasan anggota jamaah secara bersama-sama dan bukan secara individual
  6. terkait dengan isti’ab haraki
Beberapa masalah penting yang terkait dengan pergerakan yang harus dikuasai oleh para da’i:
  1. Pemahaman yang benar dan sempurna tentang sasaran dan sarana yang digunakan
  2. Memahami tanzhim dan tabiatnya denga benar
  3. Pemahaman yang benar dan menyeluruh terhadap tabiat teman dan lawan berikut konsekuensinya
  4. Pemahaman yang baik tentang berbagai aspek, tabiat, dan kebutuhan amal
  5. Menjauhi fenomena istiknaf (keengganan untuk bergabung dalam masyarakat, atau instansi, atau berbagai organisasi yang ada.

Resume: Isti’ab (Fathi Yakan) oleh Auliassyifa

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top

Inspirasi, tembalang, mahasiswa, matematika, universitas diponegoro,undip,organisasi,ikahimatika,semarang,indonesia,bisnis,info baru,2014,2015

Info kos tembalang, Info kos murah, Info kos mahasiswa undip murah, Info kos buat putri/cewek, Info kos buat putra/cowok,Info kos terbaru, Info terkini kos tembalang

Kost - kosan murah, Kost anak gaul, Kost enak dan nyaman, Kost -kosan dekat kampus, Kost-kosan rame, Kos buat mahasiswa, Kos daerah UNDIP, Rumah dan kos, Kost-kosan ideal