Rahmad Arif Setiawan

<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Didalam kehidupan dunia, setiap makhluk memilik banyak sekali harapan atau keinginan, bahkan karena terlalu banyaknya hingga bingung untuk menyebutkannya.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Dari sekian banyaknya keinginan sebetulnya harapan bersebut bermuara pada<br style="box-sizing: border-box;" />Yang pertama berharap mendapatkan kemudahan dalam beraktivitas.<br style="box-sizing: border-box;" />Yang kedua berharap untuk selalu berbahagia atau mendapatkan kesuksesan.<br style="box-sizing: border-box;" />Kebahagiaan dan kesuksesan disebut dengan fallah.<br style="box-sizing: border-box;" />Orangnya yang berbahagia atau sukses dalam kehidupan dunia disebut dengan muflih. Kata muflih disebutkan dalam Al-quran yaitu<br style="box-sizing: border-box;" />Al-baqarah ayat 5</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
(أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ)</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Berdasarkan QS tersebut, kita mendapat informasi bahwa terdapat orang yang selalu atau melekat pada orang itu petunjuk. Allah mengarahkan orang tersebut untuk tetap dalam ketaatan. Penjagaan dan petunjuk tersebut tidak serta merta atau begitu saja Allah berikan. Hal tersebut diberikan oleh Allah SWT karena hamba tersebut telah berusaha untuk melengkapi hari sesuai dengan contoh atau teladan dari Rosululloh, dari bangun hingga tidur.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Siapakah orang tersebut, orang yang muflih atau orang yang senantiasa berbahagia, beruntung atau yang mendapat ketenangan yang disebut dalam QS Al baqarah ayat 5?<br style="box-sizing: border-box;" />Allah jelaskan di ayat-ayat sebelumnya ayat 2-4.<br style="box-sizing: border-box;" />Pada QS al baqarah ayat 2 disebutkan mereka adalah orang-orang yang mutaqin atau bertaqwa.<br style="box-sizing: border-box;" />Kemudian siapakan orang yang bertqwa itu orang yang beriman kepada Allah dan yang mengerjakan salat dan menafkahkan sebagian rizki.<br style="box-sizing: border-box;" />Kata salat pada quran surat Al baqarah ayat 3 bentuknya jamak.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Salat bagi seorang muslim yang standart terdapat 17 rakaat.<br style="box-sizing: border-box;" />Dalil-dalil untuk salat lima waktu<br style="box-sizing: border-box;" />QS ke 17 ayat 78 berkaitan dengan salat yang standart<br style="box-sizing: border-box;" />QS ke 2 ayat 238 berkaitan dengan kewajiban untuk menjaganya<br style="box-sizing: border-box;" />QS 11 ayat berkaitan dengan waktu pelaksanaan salat.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Kata jamak dari salat pada QS Al-baqarah ayat 3 menunjukan bahwa Allah menyukai hambanya yg banyak mendirikan salat bukan hanya yang standart atau wajib tetapi yang sunah juga. Dengan ditambahnya salat-salat wajib kita dengan tambahan salat sunah seperti rawatib, tahajuf, atau dhuha yang dilakukan dengan benar sesuai tuntunan insya Allah, akan lebih mudah diijabahnya doa.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Bahkan Rosululloh SAW, seorang yang telah mendapatkan jaminan surga terbaik, Beliau masih mengerjakan salat tahajud hingga kakinya bengkak-bengkak.</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #444444; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 10px;">
Resensi belum selesai, silakan lanjut detail dengan menonton videonya.</div>

Resume pengajian Hidup bahagia dengan Salat, Ustadz Adi Hidayat, LC, MA

Didalam kehidupan dunia, setiap makhluk memilik banyak sekali harapan atau keinginan, bahkan karena terlalu banyaknya hingga bingung untuk ...

Baca selengkapnya »

<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Beberapa hari yang lalu, ada satu topik di <i style="margin: 0px; padding: 0px;">CFO Innovation Forum</i> yang lumayan bikin gue kepikiran sampai beberapa hari lamanya. Saat tengah berlangsung diskusi tentang tips dan trik mempertahankan <i style="margin: 0px; padding: 0px;">top talents</i>; ada dua peserta yang mengajukan pertanyaan soal bagaimana caranya mempertahankan generasi Y alias generasi yang lahir tahun 80 sampai dengan 90-an. Ternyata menurut generasi sebelumnya, generasi Y itu identik dengan kreatif, ambisius, tetapi sangat mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Sebagai satu dari sedikit peserta forum yang lahir di tahun 80-an, gue hanya senyum-senyum sendiri menyaksikan diskusi saat itu. Dalam diam gue berpikir…</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<i style="margin: 0px; padding: 0px;">“Is it a good or bad thing? And WHY? Why do we; the Y generation, tend to do that?”</i></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Kalau menurut pendapat gue, kasus gue sendiri tidak <i style="margin: 0px; padding: 0px;">sebegitu parahnya.</i> Gue cuma pernah satu kali kerja di satu perusahaan kurang dari satu tahun, itu pun hanya pekerjaan <i style="margin: 0px; padding: 0px;">freelance</i> yang memang hanya ideal untuk mahasiswa yang masih harus menyelesaikan studinya. Segera setelah lulus sidang S1, gue langsung pindah ke pekerjaan yang dapat memberikan status karyawan permanen ketimbang hanya <i style="margin: 0px; padding: 0px;">freelancer</i> saja. Setelah itu, masa kerja gue kurang lebih selalu kisaran tiga tahun untuk masing-masing tiga perusahaan berikutnya. </div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<i style="margin: 0px; padding: 0px;">It’s not that bad, is it?</i></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Meski menurut gue masa kerja gue masih wajar-wajar saja, kenyataannya memang, di mata generasi yang lebih tua pada umumnya, gue tetap termasuk golongan “kutu loncat”. Masih <i style="margin: 0px; padding: 0px;">ok </i>menurut teman-teman gue pada umumnya, tapi tetap dianggap terlalu cepat berpindah-pindah setidaknya di mata para orang tua di keluarga besar gue. Itu sebabnya gue jadi tergelitik untuk bertanya pada diri gue sendiri… kenapa? Kenapa generasi gue ini bisa sampai lebih dikenal sebagai kutu loncat yang bahkan bisa berganti pekerjaan dalam satu atau dua tahun sekali?</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Berikut ini hasil observasi terbatas gue beberapa hari belakangan ini. Gue tidak bilang isi tulisan gue ini secara mutlak menggambarkan SEMUA orang yang termasuk dalam generasi Y, tapi setidaknya, poin-poin di bawah ini gue tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan juga pengalaman orang-orang terdekat yang juga masuk ke dalam generasi Y. Semoga isi tulisan gue ini bisa jadi bahan instropeksi buat kita semua!</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y menyukai sesuatu yang instan</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Gue cukup sering melihat generasi Y yang memutuskan untuk pindah kerja hanya demi mendapatkan kenaikan pangkat atau minimal kenaikan gaji melebihi pekerjaan mereka sebelumnya. Pola pikir mereka, “Jika ada yang lebih cepat, kenapa tidak?” </div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y, disadari atau tidak, punya jiwa berkompetisi yang lebih tinggi</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Selain faktor ingin serba instan, generasi Y cenderung lebih tidak mau kalah dengan teman-temannya sendiri. Ada rasa terpacu yang menggebu saat melihat teman-teman lain yang sudah duduk di level manajerial (atau bahkan level direksi!) di usia yang masih terbilang muda. Gue juga sering melihat generasi Y memutuskan <i style="margin: 0px; padding: 0px;">resign</i> hanya karena faktor kompetisi yang gue sebutkan di sini. Semacam pembuktian, “Kalau dia bisa, gue juga bisa!”</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y lebih mudah merasa jenuh</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Kenapa semakin ke sini semakin banyak perusahaan yang memperbolehkan karyawannya berpindah dari satu divisi ke divisi lainnya? Karena generasi masa kini terkenal sangat mudah jenuh dengan pekerjaanya. Gue sendiri pun, satu dari sekian banyak generasi Y yang pernah meninggalkan pekerjaan yang katanya impian sejuta umat hanya karena merasa bosan dengan pekerjaan yang itu-itu saja.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y lebih menjunjung tinggi hidup bahagia</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Gue dan cukup banyak generasi Y lainnya punya prinsip mendasar bahwa hidup itu <i style="margin: 0px; padding: 0px;">yang penting bahagia. </i>Toleransi kita terhadap hal-hal yang dapat mengurangi kebahagiaan jadi terbilang sangat rendah. Jika pekerjaan kita saat ini tidak berhasil (atau tidak lagi) mendatangkan kebahagiaan yang kita inginkan, maka kita akan lebih memilih untuk mencoba peruntungan dengan mencari kebahagiaan itu di tempat lain di luar sana.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y lebih suka “mengganti” daripada “memperbaiki”</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<i style="margin: 0px; padding: 0px;">Handphone</i> sudah mulai sering <i style="margin: 0px; padding: 0px;">hang</i>? Ganti baru saja. Bos sudah mulai terasa sangat-sangat menyebalkan? Ganti bosnya saja! Cari perusahaan lain saja…</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y lebih “idealis”</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Semakin ke sini, semakin banyak karyawan muda yang nekad <i style="margin: 0px; padding: 0px;">resign</i> meskipun masih belum mendapatkan pekerjaan pengganti. Gue akui bahwa dulu juga gue pernah melakukan hal yang sama. Padahal, pekerjaan yang gue tinggalkan sama sekali tidak <i style="margin: 0px; padding: 0px;">sebegitu buruknya</i>. Malah sebetulnya, gue sudah mendapatkan gaji dan tunjangan di atas rata-rata. Kenapa tetap <i style="margin: 0px; padding: 0px;">resign</i> juga? Karena idealisme. Karena ada satu atau dua hal dalam pekerjaan tersebut yang tidak sejalan dengan definisi pekerjaan ideal menurut versi gue ini.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Generasi Y lebih impulsif dan di saat yang bersamaan, bersifat lebih naif</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Entah bagaimana, generasi Y cenderung lebih meyakini bahwa di luar sana, PASTI ada pekerjaan yang lebih baik daripada pekerjaan kita saat ini. Kita seolah lupa bahwa tidak ada pekerjaan yang sempurna. Saking impulsifnya, tidak terpikir di benak kita bahwa kenyataannya, mau bekerja di manapun (bahkan jika kita berbisnis sendiri pun) tetap akan selalu ada hal-hal yang membuat kita merasa tidak tahan dan ingin “menyerah” saja.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><u style="margin: 0px; padding: 0px;">Kesimpulannya? Generasi Y lebih mudah untuk menyerah!</u></b></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Gue sering mendengar para generasi Y (termasuk gue sendiri) bilang begini, “Gue ngerasa pekerjaan gue ini udah jadi semacam <i style="margin: 0px; padding: 0px;">comfort zone</i>.”</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Meski katanya penting untuk kita merasa nyaman dalam menjalani sesuatu, kenyataannya, istilah <i style="margin: 0px; padding: 0px;">comfort zone </i>justru identik dengan konotasi negatif. Terjebak dalam <i style="margin: 0px; padding: 0px;">comfort zone </i>seringkali dianggap mimpi buruk di mata generasi Y. Padahal bisa jadi sebetulnya, kita hanya sedang mencari-cari alasan untuk menyerah saja.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<u style="margin: 0px; padding: 0px;"><b style="margin: 0px; padding: 0px;"><i style="margin: 0px; padding: 0px;">So? Is it good or is it bad?</i></b></u></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Meski kedengarannya memang tidak enak (kesannya kok ya, generasi Y ini generasi yang lembek banget), menurut pendapat gue, tidak ada “benar dan salah” dari semua perilaku generasi Y yang gue sebutkan di atas. Gue akui bahwa kadang-kadang, menyerah kalah (bukan hanya soal pekerjaan, tapi juga dalam hal-hal lainnya) bisa jadi pilihan terbaik yang gue miliki saat itu. Toh kenyataannya, gue tidak pernah menyesali keputusan gue untuk <i style="margin: 0px; padding: 0px;">resign </i>dari perusahaan-perusahaan gue sebelumnya. Gue bersyukur dengan semua pekerjaan yang pernah gue miliki, tapi gue juga mensyukuri keputusan gue untuk pindah ke pekerjaan selanjutnya.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Misalnya, gue bangga banget pernah kerja di EY. Mencantumkan EY di CV gue telah memberikan gue peluang untuk mendapatkan pekerjaan-pekerjaan gue selanjutnya. Tapi, gue juga bersyukur gue tidak berlama-lama kerja di sana, karena ternyata, gue jauh lebih menyukai pekerjaan sebagai <i style="margin: 0px; padding: 0px;">corporate finance </i>daripada pekerjaan sebagai <i style="margin: 0px; padding: 0px;">financial auditor</i>.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Meskipun demikian, bukan berarti gue mengatakan bahwa tidak ada yang salah dari menjadi kutu loncat. Sekali lagi, tidak ada “benar” dan “salah” yang sifatnya mutlak dalam topik yang satu ini. Semuanya harus kembali pada diri kita sendiri. Beda orang bisa beda kasusnya, tidak bisa disamaratakan. Lagipula sebetulnya, selama kami (para generasi Y) masih melompat-lompat dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, itu artinya, kami masih belum menyerah untuk mengejar mimpi.</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
Pada akhirnya, gue hanya bisa berusaha menanamkan pola pikir ini pada diri gue sendiri tiap kali gue dihadapi pada dilema ingin <i style="margin: 0px; padding: 0px;">resign</i> atau tetap <i style="margin: 0px; padding: 0px;">di sini</i>, “<i style="margin: 0px; padding: 0px;">If I do this, will I be proud of myself for doing this</i>?”</div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<i style="margin: 0px; padding: 0px;">Ask that question, repeteadly, before making any decision.</i></div>
<div style="background-color: white; color: #666666; font-family: Verdana; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 17px; padding: 5px 0px;">
<i style="margin: 0px; padding: 0px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal;">Posted </span><span class="byline" style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; margin: 0px; padding: 0px;">by: <span class="author vcard" style="margin: 0px; padding: 0px;"><a class="url fn n" href="https://riffasancati.com/author/riffasancati/" rel="author" style="border: 0px; color: #666666; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" title="View all posts by riffasancati">riffasancati</a></span></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal;"> on: </span><a href="https://riffasancati.com/2017/03/19/ada-apa-dengan-generasi-y/" rel="bookmark" style="border: 0px; color: #666666; font-family: Verdana, sans-serif; font-size: 11px; font-style: normal; margin: 0px; padding: 0px; text-decoration: none;" title="12:37 pm">March 19, 2017</a></i></div>

Ada Apa dengan Generasi Y?

Beberapa hari yang lalu, ada satu topik di CFO Innovation Forum yang lumayan bikin gue kepikiran sampai beberapa hari lamanya. Saat tenga...

Baca selengkapnya »