REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- South East Asia Humanitarian Forum (SEAHUM) menilai konflik sosial di Myanmar harus dipandang sebagai bencana kemanusiaan. Bencana tersebut akan mempengaruhi negara-negara di sekitarnya. Diperkirakan, tragedi tersebut juga akan menimbulkan gelombang pengungsi di kawasan Asia Tenggara.
Presiden SEAHUM sekaligus Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi, Imam Rullyawan mengatakan, masih hangat di ingatan ketika sekitar seribu orang pengungsi etnis Rohingya tercerabut dari akar lingkungannya akibat konflik horizontal setahun lalu. Kali ini eskalasi tersebut meningkat.
"Matra bersenjata Myanmar secara demonstratif telah memasuki kampung-kampung etnis Rohingya," kata Imam kepada Republika.co.id, Rabu (23/11).
Ia menerangkan, mereka melakukan tindakan yang diduga sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Maka tidak heran jika ada dugaan akan adanya gelombang pengungsi. Gelombang pengungsi tersebut diperkirakan akan melanda regional Asia Tenggara.
Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Human Rights Watch mengenai kondisi di Myanmar. Dikatakan Imam, memang cukup mencekam. Foto citra satelit dengan jelas menunjukkan kehancuran rumah warga di Desa Yae Khat Chaung Gwa Son, Dar Gyi Zar, Wa Peik dan yang lainnya.
"Sekitar 900 rumah penduduk hancur, perempuan dan anak-anak sangat rentan menjadi korban," ujarnya.
SEHUM melalui presidennya menegaskan, misi kemanusiaan Rohingya perlu segera dilakukan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan di Asia Tenggara. Membantu etnis Rohingya bukan karena mereka Muslim semata, tapi karena persoalan kemanusiaan. SEAHUM sendiri merupakan kumpulan organisasi kemanusiaan di Malaysia, Singapura, Indonesia, Kamboja, Thailand.
0 komentar:
Posting Komentar