Sesungguhnya
ada perbedaan yang signifikan antara kata “Kasih” dan kata “Kasihan”.
Antara Kata “Mengasihi” dan “Mengasihani”. Selama ini kita sering
tertukar antara ke dua kata itu, padahal jika tertukar dapat membuat
hidup kita dalam keadaan yang tidak nyaman. Niat kita berbuat baik, tapi
justru malah keburukan yang kita dapatkan.
Mengasihi
dan Mengasihani itu sangatlah berbeda, walau aplikasinya mirip tapi
rasa hati dan efek dari rasa hati itu akan berbeda secara signifikan.
Jadilah orang yang mengasihi dan tolonglah manusia atas dasar cinta
kasih keikhlasan, serta janganlah menjadi orang yang mengasihani dan
janganlah menolong orang karena perasaan kasihan. Sahabat Solusi,
mengasihani itu dasarnya adalah rasa kasihan, sedangkan mengasihi itu
dasarnya adalah rasa Cinta Kasih dari Allah SWT.
Dan
janganlah pula pernah berniat menjadi orang yang dikasihani oleh orang
lain, tapi jadilah orang-orang yang selalu menebar cinta kasih sehingga
orang-orang mengasihi kita karena dasar hati keikhlasannya, bukan karena
rasa iba atau kasihan.
Dari
beberapa kasus yang Khotib alami dan beberapa kisah dari para sahabat
Khotib, rupanya Jika kita menolong seseorang karena rasa kasihan maka
orang yang kita tolong tersebut akan tidak berkembang, atau kalaupun
berkembang maka orang yang kita tolong tersebut akan menjadi bumerang
bagi kita.
Rosulullah
saw bersabda, “Orang yang paling berat disiksa pada hari kiamat ialah
orang yang dipandang (dianggap) ada kebaikannya padahal sebenarnya tidak
ada kebaikannya sama sekali.” (HR. Ad-Dailami)
Jika
kita hendak menolong orang lain, atau sedekah kepada pengemis di
jalanan, maka menolonglah atas dasar cinta kasih Ilahi Robbi. Jangan
sampai kita sedekah karena perasaan iba, seperti “Kasihan, tangannya
buntung, dia pasti kesulitan mencari makan, ayo kita berikan dia makan”.
Ketahuilah,
bahwa Allahlah Yang mengatur segala rejeki, bukan kita sebagai
makhluk-Nya. Kalau kita menolong seseorang karena kasihan, maka dengan
kata lain kita menolong seseorang karena khawatir bahwa Allah tidak akan
mencukupi orang itu. Na’uudzubillaahi mindzalik
Menolonglah
karena Allah, dan biarkan Allah yang Maha Pengatur dan Pengasih
memberikan pertolongan dan kasih-Nya kepada kita dan kepada orang-orang
yang kita tolong. Jangan pernah ragukan kemampuan Allah dalam hal
mencukupi kebutuhan rejeki siapapun juga, termasuk rejeki orang yang
ingin kita tolong.
Kita
menolong seseorang bukanlah karena kita meragukan Allah, tapi justru
sebagai bukti bahwa Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Jangan
sampai ketika kita menolong justru yang timbul adalah perasaan bangga
dan sombong, padahal sesungguhnya kita sebagai manusia tidak punya
kemampuan apapun yang bisa disombongkan di hadapan Allah SWT. Laa haula
walaa quwwata illaa billaah.
Berikutnya,
perlu kita pahami juga bahwa sesungguhnya sifat mudah kasihan yang
masih kita miliki bisa membuat kita menjadi golongan manusia yang sulit
berkembang. Gara-gara hadirnya rasa kasihan dalam diri kita, seringkali
membuat kita diam saja ketika dizalimi oleh orang lain, “biarkan saja,
saya ga mau buat masalah sama dia”. Bahkan kita pun luput untuk sekedar
berdo’a meminta bantuan dari Allah SWT.
Sifat
kasihan ini seringkali berefek kepada sifat atau sikap “tidak-enakkan”,
alias mudah merasa tidak enak. Dan akhirnya perasaan kasihan yang kita
miliki membuat hidup kita menjadi tidak tegas. Kita seringkali menjadi
khawatir menyinggung perasaan orang lain ketika kita berbuat tegas, kita
pun khawatir pamor kita turun ketika kita berbuat tegas. Itulah mengapa
sikap kasihan kita justru seringkali menjadi bumerang bagi kita, dan
sikap kasihan kita justru membuktikan bahwaka kita tidak mencintai dan
tidak mengasihi diri kita sendiri dan tidak mengasihi orang-orang di
sekitar kita.
Sebagai
kesimpulan, ketahuilah bahwa Kita akan dicintai dan dikasihi oleh
manusia jika kita pun menebar cinta kasih yang sejati atas nama Arrohman
dan Arrohiim. Tetapi kita hanya akan menjadi manusia yang dikasihani
jika kita sudah terbiasa menjadi manusia yang mudah kasihan, mudah tidak
tega, mudah iba, sering plinplan, dan tidak tegas. Hanya Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan Hanya keoada Allah kita semua
berserah secara penuh.
Faidzaa azamta, fatawakkal ‘alalaah, innallaaha yuhibbul mutawakkiliin...
copy by< http://cahaya-semesta.com/article/11349/jangan-kasihan-why.html
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.